Friday 9 October 2015

Awas! Jangan Buang Kulit Ari Buah Salak

Kalau makan salak, jangan buang kulit arinya. Setelah kulit luar dikupas, langsung saja makan. Dengan cara makan seperti itu, kita akan terhindar dari sembelit. Pernyataan begitu sering kita dengar belakangan. Tapi, benarkah?
Menurut F.X. Wahyurin Mitano, pendapat tersebut benar. Sebab, dalam kulit ari salak itulah terdapat kandungan serat. Anjuran yang sama berlaku saat kita makan jeruk. Sebaiknya, jangan dimakan bulir jeruknya saja. Makan juga "pembungkus" jeruknya. "Kandungan serat itulah yang mengurangi kemungkinan menderita sembelit setelah makan salak," ungkap ahli gizi RSUD dr Soetomo tersebut.
Kalaupun kulit ari atau pembungkus buah jeruk hendak dibersihkan, Wahyurin mengatakan boleh-boleh saja, namun jangan terlalu bersih. Cukup bersihkan kotoran yang mungkin menempel. Jangan buang bagian yang tampak seperti benang dan menempel di kulit dalam jeruk. "Itu juga mengandung serat," lanjutnya.
Salak, lanjut Wahyurin, juga mengandung gizi lain yang tak boleh dipandang sebelah mata. Misalnya betakaroten. Berdasar data Pusat Litbang Gizi dan Makanan Depkes, dalam 100 gram salak terkandung betakaroten 5,5 kali lebih banyak daripada mangga. Kandungan betakaroten salak juga tiga kali lebih tinggi daripada jambu biji. Sayang, tak dijelaskan perbandingan kandungan betakaroten salak dengan wortel, sumber betakaroten paling dikenal orang. "Paling tidak, salak bisa menjadi alternatif sumber betakaroten selain wortel," terang perempuan yang akrab disapa Ririn itu.
Dalam 100 gram salak, masih menurut Ririn, juga terkandung 77 kalori, 0,4 gram protein, 20,9 gram karbohidrat, 28 gram kalsium, dan 18 gram fosfor. Kandungan zat besinya 4,2 mg per 100 gram salak. Tiap 100 gram salak juga mengandung 0,04 mg vitamin B dan 2 mg vitamin C. "Itu kandungan gizi rata-rata salak, baik salak pondoh maupun salak jenis lain," ucapnya.
Melihat tabel di atas, terutama kadar karbohidrat, penderita diabetes melitus (kencing manis) sebaiknya mengurangi konsumsi salak. Buah itu juga tak disarankan bagi penderita tifus dan penyakit lain yang membutuhkan diet rendah serat. "Kandungan serat yang tinggi justru membahayakan kesehatan pasien," tuturnya.
Hasil gambar untuk kulit ari salak
Penderita talasemia (salah satu jenis penyakit darah), lanjut Ririn, juga diminta mengurangi konsumsi salak. Sebab, kadar zat besi salak cukup tinggi. Pada penderita talasemia, penumpukan Fe bisa membahayakan organ lain, misalnya limpa.
"Buah yang mengandung Fe biasanya berwarna mencolok, merah atau kekuningan. Namun, ada juga buah yang mengandung Fe tinggi, tetapi tidak berwarna merah atau kekuningan, yakni salak," papar Ririn.

sumber : google search

0 comments:

Post a Comment